dan bagi orang beriman "rumah"
adalah tempat bertumbuh dan berkembangnya sikap cinta dan kesetiaan kepada
Allah dan kepada sesama, juga antar sesama penghuni rumah.
Ke
mana pun kita pergi, akan pulang ke rumah juga. Hati selalu ingat akan rumah,
akan keluarga, dan lama-kelamaan ingatan itu semakin membentuk perasaan rindu,
sehingga setelah selesai tugas seseorang dengan gembira kembali pulang ke
rumah, berkumpul dengan keluarga. Di rumah kita menimba kekuatan baru, mendapat
inspirasi untuk mengatasi berbagai problem dan tantangan hidup, bahkan bila seseorang
dilanda kesedihan, kesusahan, kemalangan atau sesuatu yang membuat cemas maka
di rumah perasaan itu seperti terobati. Ya, di rumah kita merasa aman dan tidak
terancam.
Kebahagiaan
keluarga bukanlah diukur dengan harta, kemegahan bangunan, komplitnya perabotan,
tetapi keakraban dan kerukunan antar keluarga yang mencerminkan cinta kasih,
suasana rumah yang nyaman, bersih, rapih. Tidak lupa pula bakti yang diberikan
kepada orangtua, atau pengayoman yang lembut dari orangtua kepada anak-anak,
atau pun perhatian kepada sanak keluarga lainnya yang tinggal bersama menjadi
penghuni rumah.
Semua
yang dikatakan di atas akan menjadi nyata,
menopang bangunan rumah menjadi lebih indah dan asri, menjadi dasar yang
kokoh, sehingga bila ada angin topan (issu, provokasi) dan badai derita atau
badai tantangan, bangunan keluarga tetap teguh tidak tergoyahkan.
Ringkasnya
: Di rumah tangga, rumah adalah tempat usaha,
tempat ibadah, Bait Allah.
MEMASUKI
RUMAH BARU
INKULTURASI
DENGAN ADAT BATAK
(Bagian-bagian tertentu telah biasa
dilakukan oleh Umat Gereja Roma Katolik)
Yang perlu
dipersiapkan :
1.Benda-benda Rohani
Salib (pakai corpus), untuk digantungkan
di tempat yang strategis setelah diberkati, misalnya di atas jenang pintu kamar tidur
utama.
Patung Hati Kudus Yesus, untuk
intronisasi, maksudnya mempersilahkan Tuhanlah yang menjadi Raja di rumah itu
(menyerahkan keluarga sepenuhnya dalam perlindungan Tuhan).
Lilin (lambang terang yang mencerahkan
pikiran untuk menjadi pelayan Tuhan memancarkan kasih Tuhan kepada sesama
masyarakat di lingkungan kita).
Air Suci (diberkati langsung di tempat,
dan sisanya tinggal di rumah tersebut).
2.Benda-benda Jasmani
(untuk ilkulturasi dengan adat)
Boras si
pir ni tondi (untuk diberkati imam, sebahagian untuk sarana adat dan sebahagian
dicampurkan dengan beras yang akan dimasak keluraga itu untuk pertama kali pada
besok paginya).
Umpasana : Pir ma pongki, bahul-bahul
pansalongan.
Pir ma tondi, tambaan ni Debata angka pangomoan.
Nitak (tepung beras yang dijadikan
adonan). Ajaran mengerjakan sesuatu dengan kehati-hatian dan ketelitian.
Umpasana: Ndang na ingkat tu jolo umbahen
gabe itak
Ndang
na nanget di pudi umbahen na gabe nitak.
artinya
: bukan karena terlalu cepat atau lambat sebuah pekerjaan berhasil (bukan
faktor waktu saja tetapi lebih pada ketelitian dan ketekunan).
Ansimun (timun)
Umpasana :
Ansimun sada holbung, pege sangkarimpang
Manimbung
rap tu toru, mangangkat rap tu ginjang
(artinya : ajakan supaya keluarga sejalan,
sependapat, sependeritaan, dan sejenisnya)
Pisang (gaol) pangalamboki :
Mengharapkan kiranya penghuni rumah berhati lembut, menyejukkan dan
menyenangkan perasaan.
Unte Pangir (Jeruk Purut), yang disayat
keliling tujuh irisan, melambangkan :
X Tujuh Karunia Roh Kudus : (1) Kebijaksanaan
(2) Pengertian (3) Pengetahuan (4) Nasehat (5) Kesalehan (6) Kekuatan, dan (7)
Kepatuhan.
X Tujuh
Sakramen (1) Permandian (2) Penguatan (3) Ekaristi (4) Pengakuan Dosa (5)
Minyak Suci (6) Imamat, dan (7) Perkawinan.
X Tujuh
Perbuatan Cinta Kasih Rohani (1) Menasehati yang ragu-ragu (2) mengajar yang
kurang tahu (3) Menegur yang berdosa (4) Menghibur yang menderita (5) Bersabar,
dan (6) Menghibur yang kemalangan (7) Berdoa untuk yang hidup maupun untuk yang
telah meninggal.
X Tujuh
Perbuatan Cinta Kasih Jasmani (1) Beri makan yang lapar (2) Beri minum yang
haus (3) Beri pakaian kepada yang berkekurangan (4) Beri penginapan kepada
pejalan (5) Mengunjungi yang sakit (6) Mengunjungi yang terpenjara, dan (7) dan
mendoakan yang mati.
X Tujuh
Hari, semua hari mulai dari Senin s/d Minggu adalah hari Tuhan, yang harus kita
hargai dan pakai untuk memuji dan memuliakan namaNya, dan menggembirakan
sesama.
Umpasana
: - Marsimu songon unte, martangga songon balatuk
(artinya supaya hidup teratur, mengacu pada tatanan/aturan yang lazim, setelah Senin,
Selasa, jangan terus langsung Kamis, harus Rabu dulu).
-
Unte pangir nihait tu jabu,
unte godang nihutur di alaman
- Halak na girgir dapot pasu-pasu, roha pe sonang, diramoti Tuhan bdk : "Allah memberikan hidup sejati dan
kekal kepada mereka yang tekun (girgir) berbuat baik untuk mendapatkan yang mulia,
yang terhormat dan yang abadi.
(Rom
2:7), dan ketekunan akan membuat
orang tahan uji; inilah yang menimbulkan pengharapan (Rom 5:4)
Tentu juga harus dipersiapkan sarana
adat untuk makan bersama, a.l. Pagori ni Sipanganon, itak gurgur, mual tio,
dsb. (dengke dari hula-hula dan atau juga dari tulang).
Jalannya
Upacara :
1.Di luar sebelum pintu
dibuka (Pemilik rumah dan keluarga yang berkompoten berdiri berjajar
meng"kanan'kan pintu).
1.1. Nyanyian
Bersama, Tanda Salib, Tobat (supaya dengan hati yang bersih melaksanakan
upacara ini), Doa Pembukaan.
1.2. Pemberkatan
air yang akan dipakai untuk mereciki (manguras) rumah. Di dalam pasu sudah ada
unte pangir (jeruk purut) disayat keliling tujuh irisan.
1.3. Pemberkatan
boras si pir ni tondi dan kunci (di atas pinggan yang berisi boras si pir ni
tondi, diletakkan kunci rumah). Boras
si pir ni tondi adalah sarana yang menggambarkan kemurahan Tuhan, sedangkan kunci
menggambarkan sarana (sabda Tuhan) yang harus ditaati supaya dapat melewati
pintu. Kata Yesus : "Akulah pintu. Siapa masuk melalui Aku akan selamat;
ia keluar masuk dan mendapat makanan (kemurahan Tuhan)" (Yoh. 10:9).
1.4. Oleh
Imam boras si pir ni tondi di"horas"kan ke arah pintu, kemudian
tulang "manghorasi" bere & keluarga yang berkompoten dengan menaruh
segenggam boras si pir ni tondi di atas ubun-ubun mereka.
1.5. Selanjutnya
imam mereciki pintu rumah dan memberikan kunci rumah (yang sudah diberkati imam)
kepada Nyonya Rumah untuk membuka pintu (menggambarkan bahwa isteri selalu
terjaga untuk membuka pintu bila suami atau anak-anak kembali ke rumah).
Catatan : bila Nyonya Rumah
sudah tidak ada maka kunci diberikan kepada tulang (saudara ibu dari pemilik
rumah) yang mengambil posisi berdiri di samping pintu (meng"kiri"kan pintu), untuk membuka
pintu, oleh tulang lalu mempersilahkan masuk kepada berenya (pemilik rumah dan
keluarga yang berkompoten.
2.
Urutan masuk rumah (bila mungkin sebaiknya)
diatur sbb. :
X Tuan
rumah (suami, isteri, anak-anak, orangtua, saudara), lalu berdiri berjajar
dalam rumah meng"kiri"kan
pintu, kemudian menyalami semua orang yang masuk ke dalam rumah.
X Keluarga
sangat dekat (dongan tubu, boru, bere, dsb)
X Raja
na ro, Dongan sahuta, Dongan sahuria, rombongan lainnya,
X dan terakhir
Hula-hula, Tulang, dan Imam.
Dongan
sahaporseaon (se lingkungan) masing-masing mengambil posisi sesuai tatanan
ke"batak"an. Tulang/hula-hula sebelah kanan dari Hasuhuton, Boru/bere
dan kelompoknya di sebelah kiri, Dongan Sahuta/sahaporseaon berhadapan dengan
hasuhuton. Imam di antara hula-hula dengan Dongan Sahuta.
3.
Acara ibadah/misa dilanjutkan.
3.1. Sesudah
homili dilakukan perecikan semua ruangan.
Mengingat bahwa yang hadir tidak semuanya Katolik diperlukan
penjelasan ringkas tentang perecikan ruangan guna menghilangkan kesan animisme.
3.2. Doa
Umat yang dibawakan semua unsur yang hadir (1) Tuan rumah (2) huria (3)
hula-hula atau tulang, (4) boru/bere/boru namatua, dan (5) dongan sahuta. Bila
acara dilanjutkan dengan Misa maka langsung dilanjutkan dengan Offertorium /
Liturgie Ekaristi).
Catatan :Biasanya ulaon
mamasuki sibagandingtua (masuk rumah baru) dihadiri juga oleh
saudara/family/dsb yang bukan Katolik. Artinya harus diumumkan bahwa yang
menyambut adalah Katolik berusia pantas yang sudah dipermandikan.
4.
Biasanya, acara langsung bersambung
tanpa sela (ketika nyanyian penutup maka pagori sipanganon langsung
dibawa oleh pamoruon ke tengah ruangan di depan Tuan Rumah. Acara adat dimulai dengan pangupaon pagori ni
sipanganon kepada Tuan Rumah oleh orangtua kandung atau bapatua/bapauda
(partuturonnya setingkat di atas tuan rumah).
Catatan : Semua pagori
diserahkan, nanti pada waktu makan maka bagian-bagian jambar tertentu dibagikan
kepada yang berhak menerimanya.
5.
Dilanjutkan dengan pemberian dengke dan
ulos, oleh :
X Hula-hula
(orangtua/saudara dari isteri) biasanya langsung dengan ulos.
X Tulang
X Oleh
yang berkompoten (yang layak mangulosi).
Catatan :Yang sebaiknya diucapkan ketika menyerahkan dengke
. "Dengke
tio, asa tio panailian, dengke simudur-udur asa marudur angka las ni roha,
dengke saur asa saur ma angka parsaulian
dohot pangomoan,dengke sahat asa sahat solu sahat tu bonten ni Tigaras, hipas
jala leleng mangolu dapot panggabean jala horas-horas.
6.
Selanjutnya acara makan bersama. Pada
kesempatan itulah dibagikan jambar sesuai dengan tata-cara yang lazim.
7.
Selesai makan, setiap tatanan kefamilian
berbicara sesuai kapasitasnya.
8.
Huta paampuhon, suhut mangampu
Tidak ada komentar:
Posting Komentar